Selasa, 29 Desember 2020

Makna Purnama Tilem Dalam Hindu

Guss Eka - Gemuh Bali.Umat Hindu memiliki hari raya yang didasarkan pada sasih/ bulan yaitu Purnama dan Tilem. Hari suci ini dirayakan setiap 15 hari sekali dalam setiap bulannya, pada hari Purnama umat Hindu memuja Sang Hyang Chandra dan pada hari raya Tilem Umat Hindu memuja Sang Hyang Surya.


Perayaan purnama tilem ini merupakan penyucian terhadap Sang Hyang Rwa Bhinneda yaitu Sang Hyang Surya dan Chandra. Pada waktu gerhana bulan beliau dipuja dengan Candrastawa (Somastawa) dan pada waktu gerhana matahari beliau dipuja dengan Suryacakra Bhuwanasthawa.
Hari Purnama, sesuai dengan namanya, jatuh setiap malam bulan penuh (Sukla Paksa) sedangkan hari Tilem dirayakan setiap malam pada waktu bulan mati (Krsna Paksa). Keduanya merupakan manifestasi dari Hyang Widhi yang berfungsi sebagai pelebur segala kekotoran (mala). Pada kedua hari ini hendaknya diadakan upacara persembahyangan dengan rangkaiannya berupa upakara yadnya.
Sloka yang berkaitan dengan hari Purnama dan Tilem dapat ditemui dalam lontar Sundarigama yang mana disebutkan:
‘Muah ana we utama parersikan nira Sang hyang Rwa Bhineda, makadi, Sanghyang Surya Candra, atita tunggal we ika Purnama mwang Tilem. Yan Purnama Sanghyang Wulan ayoga, yan ring Tilem Sanghyang Surya ayoga ring sumana ika, para purahita kabeh tekeng wang akawangannga sayogya ahening-hening jnana, ngaturang wangi-wangi, canang biasa ring sarwa Dewa pala keuannya ring sanggar, Parhyangan, matirtha gocara puspa wangi”
Artinya:
Ada hari-hari utama penyelenggaraan upacara persembahyangan yang sejak dulu sama nilai keutamaannya yaitu hari Purnama dan Tilem. Pada hari Purnama, bertepatan dengan Sang hyang Candra beryoga dan pada hari Tilem, bertepatan dengan Sang hyang Surya beryoga memohonkan keselamatan kepada Hyang Widhi. Pada hari suci demikian itu, sudah seharusnya kita para rohaniawan dan semua umat manusia menyucikan dirinya lahir batin dengan melakukan upacara persembahyangan dan menghaturkan yadnya kehadapan Hyang Widhi.
Pada hari Purnama dan Tilem ini sebaiknya umat melakukan pembersihan lahir batin dengan mengadakan persembahyangan puja bhakti kehadapan Hyang Widhi untuk memohon anugerah.
Sebelum melakukan puja umat hendaknya melakukan pembersihan badan dengan air lebih dulu karena kondisi bersih secara lahir dan batin ini sangat penting, karena dalam jiwa yang bersih akan muncul pikiran, perkataan dan perbuatan yang bersih pula. Kebersihan juga sangat penting dalam mewujudkan kebahagiaan, terutama dalam hubungan dengan pemujaan kepada Hyang Widhi.
Tilem
Hari Tilem adalah merupakan Prabhawa dari Sang Hyang Rudra sebagai perwujudan Sang Hyang Yamadipati (Deva kematian) yang memiliki kekuatan pralina (Pamuliha maring sangkan Paran). Umat Hindu secara tekun melaksanakan persembahan dan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi. Persembahan hari Tilem dimaksudkan agar umat Hindu yang tekun melaksanakan persembahan dan pemujaan pada hari Tilem, ketika meninggal rohnya tidak diberikan jalan yang sesat (neraka), namun sebaliknya agar diberikan jalan ke swarga loka oleh Sang Hyang Yamadipati (lontar Purwana Tattwa Wariga).
Menurut petunjuk sastra Agama Hindu “Lontar Purwa Gama” menuntun umat Hindu agar selalu ingat melaksanakan suci laksana, khususnya pada hari Purnama dan hari Tilem, untuk mempertahankan serta meningkatkan kesucian diri, terutama para Wiku, untuk kesejahteraan alam beserta isinya karena semua mahluk akan kembali ke hadapan yang Maha Suci, tergantung dari tingkat kesucian masing-masing.
Proses penyucian diri, menurut petunjuk Sastra Agama yang penekanannya pada, “Suci Laksana”, karena pada pelaksanaannya mengandung makna yang sangat tinggi, dalam arti pada penekanan tersebut sudah terjadi penyatuan dari pelaksanaan Catur Yoga, sehingga atas kekuatan dari Catur Yoga tersebut dapat menyucikan Stula Sarira (badan Kasar), Suksma Sarira (badan halus) dan Antahkarana Sarira (Atma), yang ada pada diri manusia khususnya umat Hindu.
Purnama
Pada umumnya di kalangan umat Hindu, sangat meyakini mengenai rasa kesucian yang tinggi pada hari Purnama, sehingga hari itu disebutkan dengan kata “Devasa Ayu”. Oleh karena itu, setiap datangnya hari-hari suci yang bertepatan dengan hari Purnama maka pelaksanaannya disebut “Nadi” tetapi sesungguhnya tidak setiap hari Purnama disebut ayu tergantung juga dari Patemon dina dalam perhitungan wariga.
Di dalam Lontar “Purwana Tattwa Wariga” diungkapkan sebagai berikut:
“Risada Kala patemon Sang Hyang Gumawang Kelawan Sang Hyang Maceling, mijil ikang prewatekening Dewata muang apsari, saking swargo loko, purna masa ngaran”.
Maksud Lontar di atas, bahwa Sang Hyang Siva Nirmala (Sang Hyang Gumawang) yang beryoga pada hari purnama, untuk menganugerahkan kesucian dan kerahayuan (Sang Hyang Maceling) terhadap seisi alam dan Hyang Siva mengutus para Deva beserta para Apsari turun ke dunia untuk menyaksikan persembahan umat manusia khususnya umat Hindu kehadapan Sang Hyang Siva.
Oleh karena itulah disebut Piodalan nadi, Galungan nadi, sehingga ada penambahan terhadap volume upakaranya. Selain itu karena Hyang Siva merupakan Dewanya Sorga, maka umat Hindu selalu tekun menghaturkan persembahan serta memujanya kehadapan Hyang Siva setiap datangnya hari Purnama dengan harapan bagi umat Hindu agar nantinya setelah ia meninggal, rohnya bisa diberikan tempat di Sorga, atau kembali ke alam moksha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mantan Bupati Tabanan Di Tahan KPK

Mantan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti terjerat kasus dugaan korupsi pengurusan Dana Insentif Daerah (DID), Tabanan, Bali tahun 2018 b...

Adzense