Jumat, 18 September 2020
Manfaat Madu Klanceng
Senin, 14 September 2020
Sejarah Dan Mitologi Galungan
Sejarah Galungan
Gemuh Bali - Sejarah Hari Raya Suci Galungan terkait erat dengan mitologi Hindu-Bali.Didalam naskah Purana Bali Dwipa, Galungan pertamakali dirayakan pada malam bulan purnama tanggal 15, tahun Saka 804 atau 882 Masehi.
Namun, ritual perayaan ini sempat terhenti selama bertahun-tahun. Akibatnya, raja-raja yang berkuasa di Bali kala itu banyak yang wafat dalam usia muda. Selain itu, Pulau Dewata juga terus-menerus diguncang berbagai bencana, demikian dikisahkan dalam Lontar Sri Jayakasunu.
Hingga akhirnya, pada masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu, perayaan Galungan diadakan kembali. Awalnya, sang raja heran mengapa raja-raja sebelumnya berumur pendek dan Bali sering dilanda musibah
Raja Sri Jayakasunu pun bersemedi. Dalam pertapaannya, ia mendapat bisikan yang dipercaya berasal dari Dewi Durga. Dari wangsit itu, terkuak alasan mengenai berbagai keanehan yang terjadi selama ini, yaitu karena rakyat Bali sudah melupakan peringatan Galungan.
Atas perintah Raja Sri Jayakasunu, perayaan Galungan kembali dihidupkan, dan terus diadakan secara turun-temurun hingga saat ini. Meskipun bagi sebagian orang sejarah Hari Raya Galungan barangkali dianggap kurang bisa dilogika, umat rakyat Hindu-Bali sangat mempercayainya.
Mitologi Galungan
Ada kisah berbalut mitos yang dipercaya oleh umat Hindu-Bali tentang awal mula perayaan Galungan. Tulisan I Gede Marayana yang terhimpun dalam buku Galungan Naramangsa (2005) memaparkan mengenai mitos ini.
Secara mitologi, tulis Marayana, dahulu di Bali ada seorang raja angkara murka bernama Mayadenawa. Raja yang sangat sakti ini kerap berbuat adharma atau kejahatan. Dengan kesaktiannya, Mayadenawa tak hanya menguasai Bali, tapi juga Pulau Lombok, Blambangan (Banyuwangi), bahkan hingga tanah Bugis (sebagian Sulawesi).
Lantaran merasa paling sakti, Mayadenawa memerintahkan rakyatnya untuk menyembah dirinya. Dewa-dewa dilarang disembah, bahkan banyak pura dan tempat peribadatan yang dihancurkan atas perintah raja lalim itu.
Kelakukan Mayadenawa yang sudah melampaui batas membuat rakyat resah. Hingga akhirnya, seorang pemuka agama yang juga Pemangku Agung Pura Besakih bernama Mpu Sangkul Putih bersemedi untuk memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Mpu Sangkul Putih akhirnya mendapat ilham. Ia diberi petunjuk agar pergi ke Jawa Dwipa atau India untuk meminta bantuan. Mpu Sangkul Putih melaksanakan wangsit yang didapatnya itu, dan akhirnya mendapat bantuan. Menurut mitologinya, bantuan itu diberikan oleh Dewa Indra, dewa yang menguasai cuaca.
Singkat cerita, terjadilah pertempuran hebat antara kubu Mayadenawa dan pasukan milik Dewa Indra. Pasukan pimpinan Mayadenawa kewalahan. Raja yang kejam itu beberapa kali melakukan tindakan licik. Namun, tetap saja Mayadenawa kalah.
Mitologi inilah yang menjadi dasar peringatan Hari Raya Galungan, bahwa dharma atau kebaikan akan mampu mengalahkan adharma alias kejahatan.
Jumat, 04 September 2020
Kanda Pat Sari
Ajaran Kanda Pat Sari
- Kanda = tutur; petuah; cerita; tetingkah; kesaktian; kasidian; kawisesan.
- Pat = empat.
- Sari = utma. Jadi Kanda Pat Sari berarti empat macam ajaran yang utama tentang kesaktian, kesidian dan kawisesan.
Mantan Bupati Tabanan Di Tahan KPK
Mantan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti terjerat kasus dugaan korupsi pengurusan Dana Insentif Daerah (DID), Tabanan, Bali tahun 2018 b...
Adzense
-
Gemuh Bali -Patut kawikanin sareng sami, sang maraga sulinggih ring agama Hindu ring Bali kaiket antuk sesana sajeroning kahuripane. Went...
-
Mantan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti terjerat kasus dugaan korupsi pengurusan Dana Insentif Daerah (DID), Tabanan, Bali tahun 2018 b...
-
PURA PULAKI Pura Pulaki terletak di pesisir pantai Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgrak, di tepi jalan Singaraja- Gilimanuk sekitar 53,5 Km da...